Minggu, 21 Februari 2010

KHULFAUR RASYIDIN : USMAN BIN AFFAN

USMAN BIN AFFAN (644 - 656)

Profil Singkat
Usman bin Affan dilahirkan di Ta’if pada tahun 579. Beliau merupakan anggota dari Bani Umayyah, salah satu suku Qurais. Ayahnya wafat sewaktu belkiau masih berusia muda ketika dalam perjalanan berdagang diluar negeri dan meninggalkan warisan yang banyak untuknya. Beliau mengikuti jejak ayahnya menjadi saudagar yang sukses dan menjadi salah satu orang terkaya di suku Qurais.
Ketika Nabi Muhammad mendakwahkan Islam, Beliau diajak Abu Bakar untuk memeluk agama baru itu, dan akhirnya menyatakan diri keislamannya di hadapan sang Nabi, sehingga merupakan orang dewasa kedua yang masuk Islam setelah Abu bakar. Peristiwa ini membuat murka keluarga besarnya (Bani Umayah). Istrinya pun meninggalkannya. Nabi Muhammad SAW kemudian menikahkannya dengan putrinya Ruqayyah binti Muhammad.
Di tahun 614 M, Beliau bersama istrinya ikut hijrah ke Abysinia bersama dengan 11 muslimin dan 11 muslimat. Dua tahun kemudian beliau kembali ke Mekah karena mendengar kabar kaum Qurais masuk islam. Ternyata berita itu salah.
Pada tahun 622, Usman bersama istrinya Ruqayyah hijrah ke Madinah. Di Madinah beliau tinggal bersama Abu Talhah bin Tsabit dari Banu Najar. Karena kepiawaiannya berdagang dengan cepat beliau menjadi orang kaya dan tinggal di rumah sendiri dan tidak memerlukan bantuan dari kaum Anshar. Malahan beliau membeli sebuah sumur milik kaum Yahudi dengan harga mahal untuk disumbangkan kepada kaum muslimin.
Ketika pecah perang Badar, beliau tidak ikut serta karena ditugaskan oleh Rasulullah untuk menjaga istrinya yang sedang sakit. Ternyata istrinya mening-gal selama berlangsungnya perang tersebut. Ketika kaum muslimin kembali ke Madinah dari Badar, Ruqayah telah dikuburkan.
Ketika terjadi perang Uhud beliau ikut serta tetapi ketika terdengar berita wafatnya nabi, beliau termasuk kelompok orang yang tercerai berai dan lari. Namun dalam hal ini Allah SWT telah memaafkan mereka.
Setelah Perang Uhud, beliau menikahi putri kedua Nabi Muhammad, Umm Kulsum. Tahun berikutnya, putranya dari Ruqayyah, Abdullah bin Usman wafat. Dan ketika Perang Ahzab terjadi pada tahun 627, Usman ditugaskan didalam kota Madinah.
Ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah, sebelumnya Usman bin Affan diutus sebagai duta menemui kaum Quraish guna merundingkan kesediaan kaum quraish untuk mengijinkan Nabi Muhammad dan pengikutnya untuk berumrah disekitar Ka’bah.
Pada tahun 629, beliau ikut dalam perang Khaibar. Dan ketika terjadi penaklukan Mekah beliau meminta amnesti untuk Abdullah bin Sa’ad, saudara sesusuannya. Setelah itu beliau ikut dalam pengepungan Thaif. Ketika nabi Muhammad meluncurkan perang Tabuk, beliau ikut membiayai perang tersebut dengan 1000 dinar dan 1000 unta dan kuda.
Selama kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab beliau menjadi salah satu penasihatnya.
Sebelum wafatnya, Khalifah Umar membentuk Dewan Pemilih Khalifah yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqaas, Zubair bin Awwam dan Talha bin Ubaidullah. Mereka ditugaskan untuk memilih Khalifah diantara mereka. Akhirnya terpilihlah Usman bin Affan sebagai Khalifah pengganti Umar bin Khatab.
Menjadi khalifah
Hal pertama yang harus diselesaikan Khalifah Usman adalah menye-lesaikan perkara pembunuhan Umar bin Khatab. Ketika Umar terbunuh, ternyata Hormuzan terlibat. Begitu mengetahui keterlibatan Hormuzan, putra Umar yang bernama Ubaidillah main hakim sendiri. Ia kemudian membunuh Hormuzan. Akhirnya dengan kebijaksanaannya, Khalifah Usman menyelesaikan perkara ini dengan membayar diat dari hartanya.
Saat menduduki amanah sebagai khalifah, beliau berusia sekitar 70 tahun. Pada masa pemerintahan beliau, bangsa Arab berada pada posisi permulaan zaman perubahan. Hal ini ditandai dengan perputaran dan percepatan pertum-buhan ekonomi disebabkan aliran kekayaan negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring dengan semakin meluasnya wilayah yang tersentuh syiar agama. Faktor-faktor ekonomi semakin mudah didapatkan. Sedangkan masyarakat telah mengalami proses transformasi dari kehidupan bersahaja menuju pola hidup masyarakat perkotaan.
Pada mulanya, begitu Khalifah Umar wafat, daerah-daerah Persia, Arme-nia dan Azerbaijan memberontak. Bekas raja Persia Yazdigird III yang berada dipembuangan, berada dibalik pemberontakan ini. Didukung dengan agen-agennya yang sangat aktif dinegeri itu. Tetapi pemberontakan ini berhasil dipadamkan dan pemberontak-pemberontak itu dikejar sampai ke perbatasan Persia sehingga mendapatkan daerah tambahan. Menjelang tahun 30 H, daerah utara dan timur persia termasuk Balkh, Turkistan, Herat, Kabul, Gazni, Khura-san, Tus, Nishapur dan Merv menjadi wilayah kedaulatan islam. Yazdigird yang menyelamatkan diri meninggal dalam pembuangan tahun 32 H.
Begitu juga penyerangan kembali Bizantium atas Mesir dan Syria berhasil dipukul mundur, malahan Mesir yang telah diduduki kembali oleh Bizantium dapat direbut. Pulau Ciprus pun berhasil dikuasai dengan serangan laut.
Usman juga berhasil menyatukan kaum muslimin dalam bacaan dan tuli-san Al-Qur`an yang terpercaya setelah berkembangnya bacaan yang dikhawa-tirkan dapat membingungkan orang. Beliau juga telah memperluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Sejarah juga mencatat, Khalifah Usman mengirim utusan ke China pada tahun 650 M yang dikepalai oleh Sa’ad bin Abi Waqash dan tiba di Chang’an pada tahun 651 melalui rute laut. Menurut catatan Dinasti Tang, utusan itu diterima oleh kaisar Tang Gao Zong, dan menawarkan islam kepada sang kaisar. Tapi tawaran ini ditolak. Meskipun begitu sang utusan diijinkan mendirikan mesjid di Cina. Khalifah Usman juga mengirim duta ke Sri Langka.
Enam tahun pertama masa pemerintahannya, kestabilan dalam negeri terjaga. Kegiatan pembangunan berlanjut. Negara semakin luas. Perang laut yang diperkenalkan mendapat sukses besar. Tetapi enam tahun pemerintahannya yang ke dua, mulai muncul ketidakpuasan terhadap pemerintahan Usman akibat hasutan yang dilakukan seorang tokoh Yahudi Yaman yang baru masuk Islam, Abdullah bin Saba. Sebelumnya Abdullah bin Saba sempat mengunjungi Khali-fah Usman di Madinah, akan tetapi karena merasa sambutan khalifah tidak memuaskan dirinya, timbullah rasa tidak senangnya. Ia merasa tidak dihargai, karena sebelumnya adalah seorang pendeta besar Yahudi yang mendapatkan pernghormatan yang tinggi. Karenanya ia mengunjungi beberapa kota dalam ka-wasan islam dengan berusaha nembangkitkan kemarahan orang kepada Usman. Di Basrah banyak orang awam yang terpengaruh oleh seruannya itu. Ketika diketahui oleh sang Gubernur, Abdullah bin Amir, ia dikeluarkan dari kota. Se-telah itu ia pergi ke Kufa dan meyerukan hal yang sama. Lagi-lagi ia kemudian diusir dari Kufah. Kemudian ia pergi ke Syam, tetapi oleh Mu’awiyah, ia diusir juga. Kemudian ia pergi ke Mesir dan dari sini mulai menyebarkan propagan-danya dan mengirimkan orang kepada pengikut-pengikutnya di Basrah dan Kufah. Ia menyatakan bahwa setiap Nabi memiliki penerima wasiat. Dan Ali adalah Penerima Wasiat Nabi Muhammad, dan sebagaimana Nabi Muham-mad adalah Nabi terakhir maka Ali bin Abi Thalib adalah penerima wasiat terakhir.
Melihat propaganda politik ini, Usman pada musim haji 34 H mengum-pulkan gubernurnya, -Abdullah bin Amir, Muawiyah, Abdullah bin Abi Sarah, Said bin Ash dan Amr bin Ash- untuk bermusyawarah. Akhirnya Usman memerintahkan agar menjinakkan hati para pemberontak dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan lain dan pos-pos perbatasan.
Tetapi ketidaksenangan tidak terbendutng lagi. Kaum pemberontak menuduh Usman berlaku nepotisme, karena dalam manajemen pemerin-tahannya, beliau menempatkan beberapa anggota keluarga dekatnya menduduki jabatan publik strategis. Adapun daftar keluarga Utsman dalam pemerintahan yang dimaksud sebagai alasan motif nepotisme tersebut adalah sebagai berikut :
Muawiyah Bin Abu Sufyan yang menjabat sebagai gubernur Syam, Beliau termasuk Shahabat Nabi, keluarga dekat Usman bin Affan.
Abdullah bin Amir, sepupu Usman, diangkat menjadi Gubernur Basrah menggantikan Abu Musa Al Asy’ari.
Walid bin Uqbah, saudara tiri Usman, diangkat menjadi gubernur Kuffah menggantikan Sa’ad bin Abi Waqash. Karena mabuk-mabukan, Ia kemudian digantikan oleh Sa’id bin ‘Ash, sepupu Usman.
Abdullah Bin Sa’ad Bin Abu Sarah, saudara sesusuan Usman, diangkat menjadi gubernur Mesir menggantikan Amr bin Ash.
Marwan Bin Hakam, sepupu sekaligus ipar Utsman, diangkat menjadi sekretaris Negara.
Tetapi Khalifah Usman memiliki alasan tersendiri mengapa ia melakukan hal itu, yaitu :
Mengenai pengangkatan Muawiyah Bin Abu Sufyan sebagai Guberrnur Syam : Sosok Muawiyah dikenal sebagai politisi piawai dan tokoh berpengaruh bagi bangsa Arab yang telah diangkat sebagai Gubernur Syam sejak masa khalifah Umar Bin Khaththab. Muawiyyah tercatat menunjukkan prestasi dan keberhasilan dalam berbagi pertempuran menghadapi tentara Byzantium di front utara. Muawiyah adalah sosok negarawan ulung sekaligus pahlawan Islam pilih tanding pada masa khalifah Umar maupun Utsman. Dengan demikian tuduhan nepotisme Utsman jelas tidak bisa masuk melalui celah Muawiyah tersebut.
Mengenai Gubernur Basrah, Abu Musa Al Asy’ari, diganti oleh Utsman dengan Abdullah bin Amir, sepupu Utsman : Proses pergantian pimpinan tersebut didasarkan atas aspirasi dan kehendak rakyat Basyrah yang menuntut Abu Musa al Asyari meletakkan jabatan. Oleh rakyat Basrah, Abu Musa dianggap terlalu hemat dalam membelanjakan keuangan Negara bagi kepentingan rakyat dan bersikap mengutamakan orang Quraisy dibandingkan penduduk pribumi. Pasca penurunan jabatan Abu Musa, khalifah Utsman menyerahkan sepenuhnya urusan pemilihan pimpinan baru kepada rakyat Basrah. Rakyat Basrah kemudian memilih pimpinan dari golongan mereka sendiri. Namun pilihan rakyat tersebut justru dianggap gagal menjalankan roda pemerintahan dan dinilai tidak cakap oleh rakyat Basrah yang memilihnya sendiri. Maka kemudian secara aklamasi rakyat menye-rahkan urusan pemerintahan kepada khalifah dan meminta beliau menunjuk pimpinan baru bagi wilayah Basrah. Maka kemudian khalifah Utsman menunjuk Abdullah Bin Amir sebagai pimpinan Basrah dan rakyat setempat menerima pimpinan dari khalifah tersebut. Abdullah bin Amir sendiri telah menunjukkan reputasi cukup baik dalam penaklukan beberapa daerah Persia. Dengan demikian nepotisme belum terbukti melalui penunjukan Abdullah Bin Amir tersebut.
Mengenai Gubernur Kufah, Sa’ad Bin Abu Waqqash, diganti dengan Walid Bin ‘Uqbah, saudara tiri Utsman. Lantas Walid ternyata kurang mampu menjalankan syariat Islam dengan baik akibat minum-minuman keras, maka diganti oleh Sa’id Bin ‘Ash (saudara sepupu Utsman). Sa’ad bin Abi Waqash, diberhentikan oleh khalifah Utsman, karena Sa’ad meminjam uang dari kas propinsi tanpa melaporkannya kepada pemerintah pusat. ‘Amil Kufah saat itu, Abdullah Bin Mas’ud, dipanggil sebagai saksi dalam pengadilan atas peristiwa tersebut. Abdullah Bin Mas’ud (keluarga dekat Usman) sendiri akhirnya juga dipecat akibat peristiwa tersebut. Pengganti Sa’ad Bin Abu Waqqash adalah Walid Bin Uqbah (saudara tiri khalifah Utsman). Namun karena Walid memiliki tabiat buruk (suka minum khamr dan berkelakuan kasar), maka khalifah Utsman memecatnya dan menyerahkan pemilihan pimpinan baru kepada kehendak rakyat Kufah. Sebagaimana kasus di Basrah, gubernur pilihan rakyat Kufah tersebut terbukti kurang cakap menjalankan pemerintahan dan hanya bertahan selama beberapa bulan. Atas permintaan rakyat, pemilihan gubernur kembali diserahkan kepada khalifah. Ustman Bin Affan kemudian mengangkat Sa’id Bin ‘Ash, kemenakan Khalid Bin Walid dan saudara sepupu Usman, sebagai gubernur Kuffah, karena dianggap cakap dan berprestasi dalam penaklukan front utara, Azerbaijan. Namun terjadi konflik antara Sa’id dengan masyarakat setempat sehingga khalifah Utsman berpikir ulang terhadap penempatan sepupunya tersebut. Maka kemudian Sa’ad digantikan kedudukannya oleh Abu Musa Al Asy’ari, mantan gubernur Basrah. Namun stabilitas Kufah sukar dikembalikan seperti semula sampai peristiwa tewasnya sang khalifah. Meskipun demikian nepotisme dalam frame makna negative kembali sukar dibuktikan.
Gubernur Mesir, Amr Bin ‘Ash, diganti dengan Abdullah Bin Sa’ad Bin Abu Sarah, yang masih merupakan saudara sesusuan Utsman : Ustman meminta laporan keuangan daerah kepada Amr Bin Ash selaku gubernur dan Abdullah Bin Sa’ad Bin Abu Sarah selaku ‘Amil. Laporan Amil dinilai timpang sedangkan Amr dianggap telah gagal melakukan pemungutan Pajak. Padahal negara sedang membutuhkan pendanaan bagi pembangunan armada laut guna menghadapi serangan Byzantium. Khalifah Utsman tetap menghendaki Amr Bin Ash menjadi gubernur Mesir sekaligus diberi jabatan baru sebagai panglima perang. Namun Amr menolak perintah khalifah tersebut dengan kata-kata yang kurang berkenan di hati sang khalifah. Maka kemudian Amr Bin Ash dipecat dari jabatannya. Sedangkan Abdullah Bin Sa’ad Bin Abu Sarah diangkat menggantikannya sebagai gubernur. Namun kebijakan gubernur baru tersebut dalam bidang agraria kurang disukai rakyat sehingga menuai protes terhadap khalifah Utsman. Dari peristiwa inilah akhirnya muncul isu nepotisme dalam pemerintahan Usman. Isu yang beredar dari Mesir ini pada akhirnya menyebabkan khalifah terbunuh
Mengenai Marwan Bin Hakam, sepupu sekaligus ipar Utsman, diangkat menjadi sekretaris Negara : Marwan Bin Hakam sendiri adalah tokoh yang memiliki integritas sebagai pejabat Negara disamping dia sendiri adalah ahli tata negara yang cukup disegani, bijaksana, ahli bacaan Al Quran, periwayat hadits, dan diakui kepiawaiannya dalam banyak hal serta berjasa menetapkan alat takaran atau timbangan. Di samping itu Utsman dan Marwan dikenal sebagai sosok yang hidup bersahaja dan jauh dari kemewahan serta tidak memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian pemilihan Marwan Bin Hakam adalah keharusan dan kebutuhan negara yang memang harus terjadi serta bukan semata-mata atas motif nepotisme dalam kerangka makna negatif
Akhirnya pada bulan Rajab 35 H, sebuah delegasi besar terdiri orang arab mesir datang ke Madinah. Mereka menyurati pengikut meraka di beberapa kota untuk datang ke madinah. Mereka pura-pura menanyakan beberapa masalah kepada Usman. Usman mengutus 2 orang untuk menemui meraka.
Selanjutnya di Mesjid Nabawi, Usman menjelaskan hal-hal yang dituduhkan kaum pemberontak.Mendengar penjelasan ini orang-orang pun puas.
Orang-orang dari Mesir kemudian pulang. Tetapi tak lama kemudian pada Syawal tahun itu juga kembali lagi bersamaan dengan kelompok dari Kufah dan Basrah. Orang Mesir dipimpin oleh Ghafiqi bin Harb. Abdullah Ibn Saba sendiri ikut serta sebagai penasehat pemimpin mereka. Orang Kufah dipimpin oleh Ashtar Nakh'i sedangkan Basrah di pimpin Hakim bin Jabala. Mereka datang dengan alasan naik haji. Semua kontingen bertemu di pinggiran kota Madinah. Orang Mesir berkemah di Dhil Marwah. Basrah berkemah di Dukhshab, sedangkan orang Kufah berkemah di Ahwas. Mereka mengirim wakilnya mene-mui Ali, Talhah dan Zubair. Orang mesir mengusulkan akan membaiat Ali, oleh Ali ditolak dan meminta mereka pulang saja. Delegasi Basrah menawarkan kepada Tallhah, dan ditolak. Begitu juga orang Kufah menawarkan hal yang sama kepada Zubair dan juga ditolak.
Para pemberontak kemudian bergerak ke Madinah. Tatkala mereka hampir memasuki Madinah, Usman mengutus Ali untuk menemui mereka. Imam Ali menemui mereka dan membantah segala pemikiran mereka yang menyimpang, termasuk tentang pengkultusan atas dirinya. Mereka menyesali diri seraya berkata, “Orang inikah yang kalian jadikan alasan untuk memerangi dan memprotes Khalifah?” Kemudian mereka kembali dengan membawa kegagalan.
Tapi tak lama kemudian kembali lagi. Penduduk Madinah dikejutkan oleh kaum pemberontak yang bertakbir disegala penjuru. Kemudian mereka menge-pung rumah Usman dan mengumumkan, bahwa barang siapa mengangkat tangan akan di jamin keselamatannya.
Baik Ali, Talhah dan Zubair menanyakan apa sebab mereka kembali. Orang mesir menjawab dengan mengatakan kepada Ali : Kami telah mene-mukan surat yang dibawa seorang kurir menyebutkan bahwa kami akan dibunuh. Jawaban orang Kufah dan Basrah pun sama.
Khalifah dengan keras membantah mengetahui adanya surat itu. Para pemberontak kemudian menerima pernyataan khalifah, tetapi kemudian menu-duh Marwan bin Hakam sebagai orang yang bertanggung jawab atas pemalsuan surat tersebut. Lalu mereka meminta Usman agar menyerahkan Marwan kepada mereka. Tetapi Usman tidak bersedia melakukannya sebelum ada bukti yang pasti tentang perbuatannya. Para pemberontak tidak dapat menjawab dengan memuaskan pertanyaan Ali, “Bagaimana mereka kembali bersama-sama pada waktu yang bersamaan, sedangkan arah mereka berlawanan?” Ali lalu mengang-gap surat itu palsu. Khalifah Usman kemudian berpidato, “Adapun perkara maut, aku tidak takut, dan soal matiku hal yang mudah. Soal bertempur, kalau aku menginginkannya, ribuan orang akan datang mendampingiku berjuang. Tapi aku tidak mau menjadi penyebab tertumpahnya darah, walau setetespun, darah kaum muslimin.”
Kendati kaum pemberontak berada di Madinah. Usman tetap ke Mesjid dan mengimami sholat seperti biasa. Tapi 30 hari kemudian, pemberontak meng-halanginya ke Mesjid. Gafiki bin Harb al Akki ditunjuk sebagai imam yang diterima pemberontak itu.
Dan ketika para sahabat menyaksikan kebengisan orang-orang yang mengepung beliau dan merekapun mengkhawatirkan diri Utsman RA, maka sekelompok dari mereka mendatangi beliau serta menawarkan untuk membela beliau, namun Usman menolak tawaran tersebut. Kemudian mereka mendatangi beliau untuk kedua kalinya dan menawarkan kembali dengan lebih bersemangat lagi, namun beliau tetap menolaknya dengan sangat. Dan ketika para sahabat melihat perkara tersebut sudah amat membahayakan, mereka bersiap-siap untuk berperang demi membela beliau. Sebagian mereka masuk ke rumah Utsman, akan tetapi beliau telah bertekad untuk tidak mengadakan perlawanan sama sekali, sehingga hal ini mencegah mereka untuk merealisasikan keinginan mereka yang mendalam untuk membela beliau.
Rumah Khalifah Usman dikepung ketat. Mereka menuntut untuk memecat pejabatnya atau turun dari kekhalifahan atau mati. Usman menolak tuntutan itu. Dalam pada itu Usman sendiri tidak mengira diantara kaum muslim ada yang berniat akan membunuh khalifahnya sendiri.
Pengepungan terhadap rumah Usman berlangsung lama dan mereka memperlakukannya dengan tidak baik. Ia dilarang keluar untuk sholat di mesjid nabi dan dijauhkan dari air. Usman kemudian mengutus orang kepada para sahabat nabi dan Ummul mukminin dengan permintaan diberi air yang sangat ia perlukan. Ali segera memenuhi permintaan itu.
Pengepungan berlanjut hingga pagi hari jumat, yang bertepatan dengan 18 Zulhjjah 35 H. Saat itu, karena musim Haji, banyak penduduk Madinah pergi ke Mekah untuk beribadah Haji. Di kediamannya, Utsman sedang duduk bersama para sahabat yang berjumlah banyak sekali dan selain mereka yang ingin membela dan melindungi beliau dari kebengisan para pemberontak tersebut. Usman kemudian memeritahkan mereka untuk keluar dari rumah dan melarang mereka untuk membelanya, namun mereka tetap berkeinginan membela beliau. Akhirnyai, beliau dapat menjadikan mereka menerima perintah beliau, sehingga mereka semua keluar dari rumah dan membiarkan beliau sendiri dengan para pemberontak itu. Tidak ada yang tersisa dirumah melainkan Usman dan keluar-ganya saja. Budaknya sendiri sudah dibebaskan. Tidak ada lagi seorang pun yang menjaga Utsman didalam rumah itu. Sedangkan dipintu depan berjaga Ha-san dan Husein putra Ali bin Abi Thalib. Hal ini dimanfaatkan oleh pembe-rontak, Mereka menyerang rumah Khalifah. Mereka tidak berani masuk melalui pintu gerbang karena dijaga oleh Hasan dan Husein, putra Ali bin Abi Thalib dan juga para sahabat. Mereka memanjat dinding rumah bagian belakang dan membunuh Khalifah Usman yang saat itu sedang membaca Alquran. Khalifah berpulang dengan sangat tenang, sementara jari istrinya ikut terpotong ketika membela sang Khalifah. Ketika mendengar ini Ali datang dengan wajah marah dan memarahi kedua anaknya karena gagal melindungi Khalifah Usman.
Pada mulanya kaum pemberontak tidak membolehkan pemakaman jenazah usman selama 3 hari. Imam Ali kemudian menengahi masalah ini. Jenazah Usman kemudian dimakamkan dengan dihadiri Marwan bin Hakam, Jubair bin Mut’im, Hakim bin Hizqam

Peristiwa yang Terjadi di Masa Kekhalifahannya
644, Usman Bin Affan menjadi Khalifah
645, Usman mengangkat Sa’ad bin Abi Waqqash menjadi gubernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syu’bah.
645[1] Yazid bin Muawiyah dilahirkan. (645-683)
Januari 646, Pasukan Bizantium dibawah pimpinan Manuel merebut kota Alexandria, Mesir. Saat itu Amr bin Ash berada di Mekah.
Februari 646, Amr bin Ash dipanggil Khalifah Usman untuk merebut kembali Alexandria dari Pasukan Bizantium.
Maret 646, Pada Pertempuran Nikou di daerah antara Fustat-Alexandria, Pasukan Amr bin Ash berhasil mengalahkan pasukan Bizantium. Pasukan Bi-zantium lari ke Alexandria.
April 646, Pasukan Muslim mengepung kota Alexandria.
Juni 646[2], Kota Alexandria berhasil direbut Amr bin Ash. Amr bin Ash memerintahkan penghancuran benteng kota tersebut.
Juli 646 Pasukan Bzantium dengan kekuatan 80,000 orang menyerang syria. Gubernur Syria, Muawiyah bin Abi Sofyan hanya memiliki 10 ribu ten-tara. Oleh karena itu ia minta bantuan dari Khalifah. Khalifah mengirimkan kontigen dari Kufa dibawah pimpinan Salman bin Rabia. Kontingen Syria dibawah pimpinan Habib bin Maslamah dan kontingen Kufa berhasil mengalah-kan pasukan Bizantium.
Agustus 646 Daerah Armenia memberontak. Habib bin Maslamah ditunjuk memadamkan pemberontakan. Habib mememasuki Armenia dan menaklukan Tiflis. Setelah itu bergerak ke Laut Mati dan seluruh Armenia di taklukan Sementara itu, Pasukan Muslim dibawah pimpinan Salman menaklukan distrik Sharwan dan Jabal.
September 646, Setelah menaklukan kembali Armenia, Pasukan muslim bergerak ke Asia Kecil. Pasukan Bizantium mengosongkan semua benteng diantara Antiokia dan Tarsus dan benteng ini kemudian dikuasai pasukan Muslim. Dengan demikian perbatasan terluar muslim-bizantium adalah Tarsus
Oktober 646, Usman memecat Sa’ad bin Abi Waqqash dari jabatan gubernur Kufah dan digantikan oleh Walid bin Uqbah, seorang shahabat dan saudara seibu dengan Usman.
November 646 Usman menurunkan Amr bin ‘Ash(640-646) dari jabatan gubernur Mesir dan diganti dengan Abdullah bin Sa’ad(646-656).
Agustus 647, Utsman memperluas Masjidil Haram.
September 647 Muawiyah mengirim ekspedisi ke Anatolia. Mereka berhasil masuk ke Cappadocia dan menyerang Caesarea Mazaca
Oktober 647 Abdullah bin Saad mengirim pasukan kebarat dan berhasil mendapatkan rampasan perang yang banyak. Hal ini membuatnya merencanakan menaklukan afrika utara. Ia kirim surat kepada Khalifah untuk minta ijin menaklukannya.
November 647, Dalam rapat Majelis Syura yang diselenggarakan Khalifah Usman, Diputuskan untuk menyetujui usul Abdullah bin Saad dan mengirim pasukan bantuan ke Mesir
Desember 647, 10 ribu pasukan dari Madinah dikirim ke Mesir dibawah pimpinan Harith b Al Hakam. Dalam pasukan itu terdapat Ma'bad b Abbas; Abdul Rahman b Abu Bakr; Abdullah b Umar; Ubaidullah bin Umar; Abdullah b Zubair; Abdullah bin 'Amr Al 'Aas dan Marwan bin Al Hakam.
03 Januari 648 Pasukan Muslim berkumpul di Barqa, Cyrenica dan dari sini bergerak ke Tripoli dan mulai mengepung kota tersebut.
15 Januari 648, Kota Tripoli dberhasil diduduki.
01 Februari 648, Dari Tripoli pasukan muslim bergerak ke Subetula, ibu kota raja Gregory. Jumlah pasukan muslim adalah 30 ribu orang sedangkan musuhnya 2 kali lipat. Terjadi pertempuran di luar kota Subetula. Pasukan ini dipimpin Uqbah bin Nafi
07 Feburari 648, Berkat taktik Abdullah bin Zubair, Pasukan Raja Gregory berhasil dikalahkan. Raja Gregory sendiri terbunuh oleh Abdullah bin Zubair. Rakyat afrika utara menyerah dan bersedia membayar Jizyah.
Maret 648, Pasukan Muslim menyerang daerah Phrygia
Mei 648, Pasukan Muslim menaklukan daerah pantai Andalusia.
Juni 648, Provinsi Fars di Persia memberontak. Khalifah Usman menun-juk Abdullah bin Amir, Gubernur Basrah, untuk memadamkannya.
Juli 648, Abdullah bin Amir bergerak dengan kekuatan besar ke kota Persepolis dan kota tersebut akhirnya menyerah dan bersedia membayar Jizyah.
Agustus 648, Dari Persepolis, Abdullah bin Amir bergerak ke kota Al jbard, dimana dengan perlawanan sengit pasukan muslim berhasil menaklukan kota dan penduduknya bersedia membayar Jizyah.
September 648, Pasukan Muslim bergerak ke Jor dan mendapatkan perla-wanan dari penduduk persia tetapi bisa dikalahkan dan kota ditaklukan dan penduduk bersedia membayar Jizyah.
Oktober 648, Ketika pasukan masih di Jor, Penduduk Persepolis membe-rontak lagi, sehuingga Abdullah bin Amir kembali ke Persepolis dan mengepung kota. Setelah pertarungan sengit, pasukan muslim menaklukan kota ini lagi. Semua pemimpin Persia yang terlibat pemberontakan ini di eksekusi. Dengan demikian pasukan muslim kembali menguasai Fars.
Januari 649 Propinsi Sistan di Persia memberontak. Khalifah Usman memerintahkan gubernur Basrah, Abdullah ibn Amir untuk menaklukan kem-bali provinsi Sistan. Sepasukan dikirim ke Sistan dibawah pimpinan Rabiah ibn Ziyad. Pertempuran pecah di Zaliq,. Zaliq berhasil dikalahkan dan menyerah
Februari 649 Rabiah bin Ziyad bergerak Qarquqya, 5 mil dari Zaliq dan dikuasai tanpa perlawanan.. Setelah itu bergerak ke Zaranj (sekarang Afganis-tan), Setelah pengepungan panjang, kota Zaranj akhirnya menyerah dan bersedia membayar Jizyah.
Maret 649, Pasukan Muslim bergerak masuk jauh ke Afganistan dan menaklukan kota Qarbatian setelah pertarungan sengit.
April 649 Rabiah bin Ziyad kembali Zaranj dengan rampasan perang yang besar dan tawanan. Ia menjabat Gubernur Sistan selama 2 tahun.
Mei 649 Propinsi Tabaristan memberontak. Usman menunjuk Said ibn Al Aas, gubernur Kufa, untuk memadamkannya,. Said ibn Al Aas memimpin 80,000 pasukan ke Tabaristan dibawah komandonya. Didalamnya terdapat `Abdullah ibn `Abbas, `Abdullah ibn `Umar dan Abdullah ibn al-Zubayr.
Juni 649 Pasukan muslim mencapai Qom, yang kemudian menyerah dan kemudian bergerak ke Tamlisa, pesisir pantai. Setelah pertempuran sengit, pasukan muslim berhasil menaklukan kota tersebut.
Juli 649, Pasukan Muslim bergerak ke propinsi Gilan dan bagian lain Tabaristan, dan menaklukan tempat-tempat lain yang belum ditaklukan semasa kekhalifahan Umar. Setelah menaklukan Tabaristan, Said berencana menaklukan Khurasan, tetapi ternyata Abdullah bin Amir telah berada di Khurasan. Oleh karena itu ia kembali ke Kufa.
649[3] Azerbaijan dan Dagestan memberontak ektika Gurbernur Kufah, Walid bin Uqbah memanggil Utba bin Farqad, gubernur Azerbaijan. Usman mememerintahkan Walid bin Uqbah menumpasnya. Walid meluncurkan dua kontingen pasukan, satu dari Armenia dan yang lainnya dari Kufa. Akhirnya pemberontakan berhasil ditumpas dan penduduk bersedia membayar jizyah sebesar 800 ribu dirham. Ashat bin Qais ditunjuk sebagai gubernur Azerbaijan.
649, Mu`awiyah melancarkan serangan ke pulau Syprus dengan membawa pasukannya menyebrangi lautan. Pulau itu berhasil diduduki dari penguasaan Bizantium dan penduduknya bersedia membayar Jizyah 7000 dinar pertahun
649 Setelah Siprus, Angkatan Laut muslim menduduki pulau Kreta dan Rodesia tanpa perlawanan yang berarti.
650[4] Usman memperluas Masjid Nabawi.
650 Makran memberontak. Khalifah Usman mengirim pangglimanya Ubaidullah ibn Ma’ mar Tamini, untuk menaklukan kembali Makran. Tempat itu berhasil ditaklukan Ubaidullah ibn Ma’mar menjadi gubernur pertama Makran. Tetapi kemudian ia dperintahkan menjadi gubernur daerah lain. Ia digantikan oleh Umair ibn Usman ibn Said, dan kemudian oleh Said ibn Qandir Qarshi, sampai wafatnya khalifah Usman
650 Pasukan Muslim menyerang Cilicia dan Isauria di Anatolia sehingga memaksa kaisar Bizantium, Constan II bernegosiasi dengan Muawiyah. Perjanjian ditandatangani yang menyebabkan Constan II dapat mempertahankan bagian barat Armenia.
651 Penghimpunan Alquran oleh Zaid bin Tsabit
651 Khurasan memberontak, Usman mengirim Abdullah ibn Amir, gubernur Basrah untuk menaklukan kembali Khurasan. Abdullah ibn Aamir bergerak dengan pasukan besar dari Basrah ke Khurasan. Setelah menaklukan benteng utama di Khurasan, ia mengirim beberapa pasukan ke berbagai tempat di Khurasan. Kota Bayak berhasil di taklukan tetapi pangglima muslimnya gu-gur dalam pertempuran. Setelah Bayak, bergerak ke Tabisan, yang kemudian dikuasai dengan perlawanan kecil. Kemudian setelah pengepungan yang pan-jang, pasukan menaklukan Nishapur. Dari sana menaklukan kota-kota kecil di Khurasan. Setelah mengkonsolidasi posisi di Khurasan, mereka bergerak ke Herat di Afganistan yang menyerah dengan damai. Setelah itu bergerak ke Merv dan kota tersebut menyerah bersama kota-kota lainnya kecuali kota Sang yang ditaklukan dengan kekerasan. Kampanye ini berakhir dengan ditaklukannya Balkh pada tahun 654.
651 Pasukan Angkatan Laut Muslim berhasil mengalahkan angkatan laut Bizantium dalam perang laut disekitar pantai Mesir. Romawi menyerbu mesir dengan mengerahkan 500 kapal. Gubernur mesir menghadapinya dengan armada yang kecil. Dia mengikatkan satu kapal dengan kapal lainnya, dan dengan perang jarak dekat armada romawi dapat dikalahkan
651 Duta Khalifah Usman yang dikepalai oleh Sa’ad bin Abi Waqash tiba di Chang’an melalui rute laut
651 Seorang pendeta Yahudi dari Yaman bernama Abdullah bin Saba ma-suk islam dan datang ke Madinah menemui Khalifah Usman bin Affan. Ternyata sambutan sang Khalifah tidak memuaskannya, sehingga Ia merasa tidak dihar-gai. Oleh karena itu ia menyebarkan pemikiran menyimpang di berbagai kota seperti Basrah, Kufa dan Fustat dan menghasut masyarakat untuk menentang Usman, dan mengkultuskan Ali bin Abi Thalib yang dianggap lebih berhak atas kekhalifahan.
April 651 Rabiah bin Ziyad kembali ke Basrah, Penggantinya di Sistan memberontak lagi. Malah mereka berhasil mengusir pengganti Rabiah.
Mei 651, Abdullah ibn Amir menugaskan Abdurrahman ibn Sumrah untuk memimpin pasukan ke Sistan. Abdurrahman ibn Sumrah bergerak ke Zaranj dan mengepung kota itu lagi. Akhirnya menyerah dan bersedia membayar Jizyah sebanyak 20 juta dirham dan juga mempersembahkan 100 ribu budak.
Juni 651 Dari Zaranj, pasukan Muslim bergerak ke dalam Afganistan dan menaklukan kota – kota Helmand
Juli 651 Pasukan Muslim bergerak ke kota Zor dan menaklukannya
Agustus 651 Abdurrahman ibn Sumrah bergerak ke utara melewati pegunungan Hindu Kush dan menaklukan Ghazni dan Kabul
September 651 Abdurrahman ibn Sumrah kembali ke Zaranj dan tetap sebagai gubernur sampai akhir kekhalifahan Usman
652 Abdullah bin Saad meluncurkan serangan ke Nubia. Ibu kotanya, Dongala, dikepung. Namun seperti 10 tahun yang lalu, pasukan panah Nubia menyulitkan kaum muslim. Sehingga terjadilah penjanjian perdamaian yang disepakati dimana pihak Nubia setuju setiap tahun menyerahkan 360 budak ke Mesir dan Mesir menyediakan gandum untuk mereka.
652 Angkatan Laut Muslim meluncurkan pendudukan terhadap Pulau Sisilia. Kampanye ini berlangsung sammpai tahun 654.
652 Terjadi ketidak puasan terhadap pemerintahan Usman
652 Wafatnya Abbas bin Abdul Muthalib & Abdurrahman bin Auf wafat.
652, Baluchistan ditaklukan kembali selama kampanye penumpasan di Kerman di bawah komando Majasha ibn Mas’ud. Sebelumnya bagian barat Baluchistan langsung berada dibawah kekuasaan hukum khalifah dan membayar Jizyah. Dihari itu bagian barat Bauchistan masuk dalam wilayah Kerman
653[5] Abu Darda’ dan Abdullah bin Mas’ud meninggal
11 Juli 653, Abuzar Gifari meninggal.
654, Abdurrahman ibn Samrah diangkat sebagai gubernur Sistan dan sebuah pasukan dikirim dibawah komandonya untuk memadamkan pembe-rontakan di Zarang. Setelah penaklukan Zarang, sebuah pasukan dikirim ke utara untuk menaklukan area Kabul dan Ghazni di pegu-nungan Hindukush. Disaat yang sama pasukan lain bergerak menuju distrik Quetta di barat laut Baluchistan dan menaklukan kota kuno Dawar dan Qandabil (Bolan)
654, Seluruh propinsi Baluchistan dibawah kekuasaan islam, kecuali kota QaiQan, yang ditaklukan pada masa Ali. Abdurahman ibn Samrah menjadikan Zaranj sebagai ibukota provinsinya dan menjadi gubernur dari 654-656
654[6] Sebahagian besar pulau Sicilia berhasil diduduki armada laut muslim.
654 Dari Khurasan, Abdullah bin Amir menyebrangi sungai Oxus dan menyerang Uzbekistan di selatan Transoxiana. Hasilnya bagian selatan Transo-xiana jatuh kedalam kekuasaan muslim
654 Usman mengirim Hasim bin Jabla Abdi umtuk menyelidiki daerah Hind. Setelah mendapat laporan, Khalifah Usman memutuskan untuk tidak menginvasi Hind dan melarang pasukannya melintasi sungai Indus
654, Usman memanggil 12 gubernurnya ke Madinah membicarakan berbagai isu. Hasilnya Usman mengirim agennya, Muhammad ibn Maslamah ke Kufa; Usama bin Zaid ke Basrah; Ammar bin Yasir ke Mesir, sedangkan Abdullah ibn `Umar dikirim ke Syria. Hasilnya mereka melaporkan penduduk puas atas pemerintahannya.
Desember 654 Atas perintah Khalifah Usman, sebuah ekpedisi penye-rangan Konstantinopel sedang dipersiapkan. Tetapi eskpedisi ini tidak jadi dilakukan karena terjadinya perang saudara pada tahun 656.
655 Kaisar Bizantium, Constantin II memimpin armada laut menyerang angkatan laut msulim di Phoinike (Lycia), tetapi berhasil dikalahkan. 500 kapal bizantium dihancurkan dalam pertempuran itu. Dan Kaisar sendiri terbunuh.
655[7], Khalifah Usman memerintahkan orang yang tidak puas atas pemerintahannya berkumpul di Mekah pada waktu naik haji.. Ia berjanji memperbaiki ketidak puasan tersebut. Ia memerintahkan para gubernurnya dan amil datang ke Mekah pada waktu haji.. Sebagai respon, sejumlah besar oposisi datang dari berbagai kota untuk menyampaikan ketidakpuasannya sebelum ibadah haji dimulai. Usman menjelaskan kebijakannya kepada publik.
Juni 655 Suasana kekhalifahan kembali tenang
Januari 656 Suasana Madinah menjadi tidak tenang dan penuh intrik. Muhammad ibn Abi Bakr kembali ke Madinah dari Mesir dan memimpin kampanye melawan Khalifah Usman
Maret 656 Ketika Krisis makin dalam di Madinah. Usman mengadakan kongres di Mesjid Nabawi memberikan penjeladan dan membantah tuduhan. Publik sekali lagi puas.
April 656 Para oposisi Mesir meluncurkan propaganda melawan Usman. Usman memanggil Abdullah ibn Saad, gubernur Mesir ke Madinah untuk berkonsultasi dengannya tentang masalah itu.. Abdullah ibn Saad datang ke Madinah, dan meninggalkan tugas kepada wakilnya. Kepergiannya membuat, Muhammad bin Abi Hudhaifa melakukan kudeta di Mesir. Mendengar pemberontakan di Mesir, Abdullah segera kembali ke Mesir tetapi Usman tidak mengijinkannya menggunakan kekuatan militer sehingga, Abdullah ibn Saad gagal memperoleh kekuasaannya kembali. Iapun mundur ke Ramalah, dan wafat disana 2 tahun kemudian.
April 656 Dari Mesir, sejumlah 1000 orang dikirim ke Madinah dengan perintah membunuh Usman dan mengkudeta pemerintah. Begitu juga dari Kufah dan Basrah. Mereka mengirim wakil mereka menghubungi pemuka-pemuka publik. Mereka menuntut pengunduran diri Khalifah Usman. Karena Usman menolak, maka Kaum pemberontak mulai mengepung rumah Usman. Usman melarang pendukungnya untuk melawan. Beliau tidak mau ada darah muslimin yang tertumpah karenanya.
Mei 656 Gubernur Kufa, Abu-Musa al-Asha'ari, tidak dapat mengontrol provinsinya. Di Basra, Gubernur Abdullah ibn Amir, pergi naik haji sehingga absennya menyebabkan wilayahnya goncang.17 Juni 656 Khalifah Usman bin Affan terbunuh.
[1] 645 : Di Jepang : Kaisar Kōtoku(645-654) menjadi Kaisar Jepang menggantikan Ratu Kōgyoku (641-645). Ia memperkuat kekuasaan Kaisar atas keluarga-keluarga bangsawan, sehingga terjadi Reformasi Taika.
[2] 646 Di Afrika Utara: Dengan mundurnya Byzantium dari Mesir, Afrika Utara mendeklarasikan kemerdekaannya dibawah Raja Gregory. Wilayahnya meliputi perbatasan Mesir hingga Maroko
[3] Di Roma : Santo Martin I dari Todi (649-655) menjadi Paus menggantikan Theodore I (642-649). Martir. Dalam pengasingan sejak 17 Juni 653
[4] Di Cina : Li Zhi menjadi Kaisar Tang dengan gelar Tang Gao Zong (650-683) menggantikan Kaisar Tang Tai Zhong (626-649) Ditahun inilah, Kekuasaan Dinasti Tang meluas berbatasan dengan Afghanistan disebelah barat, Siberia disebelah utara, Korea disebelah timur dan Vietnam disebelah selatan, dan mencapai masa keemasannya. Dan berkembanglah ilmu acupuncture
[5] 17 Juni 653 Paus Santo Martin I dari Todi diasingkan
[6] 654 Di Roma Santo Eugene I dari Roma (654-657) menjadi Paus. Santo Eugene I diangkat menjadi Paus ketika Paus Santo Martin I (649-655) dalam pengasingan. Santo Martin I dipercaya mendukungnya .
[7] 24 November 654 Di Jepang, Kaisar Kōtoku meninggal. Ia digantikan Ratu Saimei (655-661) yang sebelumnya telah bertahta dengan gelar Ratu Kōgyoku (642-645)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar