Jumat, 19 Februari 2010

KHULFAUR RASYIDIN : ABU BAKAR aSH SHIDIQ

ABU BAKAR AS-SHIDIQ (632 - 634 M)



Profil SingkatAbu Bakar As Shidik dilahirkan pada tahun 572 M atau 2 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Be-liau adalah pria dewasa yang pertama kali mengimani kenabian Nabi Mu-hammad serta risalah yang dibawanya. Dari dakwahnya banyak sahabat-sahabat yang masuk islam dan yang termasuk yang awal masuk Islam yaitu : Usman bin Af-fan, Zubair bin Awam, Talhah bin Ubaidillah, Abdur Rahman bin Auf, Sa’ad bin Waqas, Umar bin Masoan, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Abdul Asad, Abu Salma, Khalid bin Sa`id dan Abu Huzhaifah bin al-Mughirah. Beliau juga membeaskan 8 budak yang terdiri 4 laki-laki (Bilal bin Rabah, Abu Fakih, Ammar bin Yasir, Abu Fuhayra) dan 4 perempuan (Lubaynah, Al-Nahdiah, Umm Ubays, Haritsah binti al-Muammil) dari penyiksaan majikannya. Beliau adalah orang yang sangat mengimani apa saja yang disampaikan Nabi Muhammad, sehingga digelari As Shidiq. Beliaulah sahabat yang menemani Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah, dan turut serta dalam peperangan yang dialami Nabi menghadapi kaum kafir Quraisy, seperti perang Badar, Uhud, Al Ahzab, Hunain dan sebagainya.
Menjadi KhalifahPada tanggal 8 Juni 632, Nabi Muhammad SAW wafat, yang merupakan kejadian yang tidak diduga sama sekali oleh kaum Muslimin, walaupun berita sakitnya telah mereka ketahui, namun tak terbayangkan oleh mereka bahwa suatu hari Rasullullah akan wafat. Maka ketika Kaum Muslimin mendengar berita wafatnya Rasulllullah ini, mereka menjadi heboh dan terpukul, bahkan sahabat sekaliber Umar bin Khatab menolak berita ini, dan mengancam akan memenggal siapa saja yang mengatakan Rasullullah wafat. Beliau berpen-dapat bahwa Rasullullah tidak wafat, tetapi hanya pergi sebentar menemui Khaliknya sebagaimana dilakukan Musa bin Imran, dan akan kembali lagi.
Akan halnya Abu bakar, begitu mendapat berita wafatnya Rasullullah, beliau mengucapkan hamdallah dan “Inna Lillahi wainna ilaihi Raji’un”, dengan bercucuran air mata. Dengan hati tabah Beliau langsung menuju rumah Rasul-llah. Belum sampai di rumah Rasulllullah ia melihat kaum muslimim telah kehi-langan kesadaran. Tapi ia tidak menghiraukannya. Ia masuk kerumah Rasul-lullah dan menjenguknya. Setelah meyakini Rasullullah wafat. Ia keluar dan ber-eru kepada kaum muslimin buat menennangkannya. Beliau berkata : “Wahai Kaum Muslimin. Barang siapa menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat, dan barangsiapa menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan takkan mati”. Kemudian beliau membacakan ayat “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran : 144)
Kaum muslimin segera tersadar dan seakan-akan baru mendengar ayat ini untuk pertama kalinya. Seruan Abu Bakar ini berhasil menyadarkan kaum musli-in dan merekapun bangkit menuju tubuh Rasullullah yang sedang disemayamkan dan menyampaikan salam perpisahan disertai tekad dan kemampuan yang kuat untuk menghadapi tantangan yang akan dihadapi.
Tak lama setelah itu, segolongan besar kaum Anshar berkumpul di Sa-qifah (balai pertemuan) Bani Saidah untuk berbaiat kepada Sa’ad bin Ubadah. Umar yang mendengar adanya pertemuan itu mengajak Abu Ubaidah bin Jarrah dan Abu Bakar untuk segera bergegas menuju pertemuan itu. Suasana pertemuan itu menjadi begitu tegang. Terjadi perdebatan untuk menentukan siapa yang akan menjadi Khalifah. Mula-mula kaum Anshar bersikeras bahwa kekhalifahan harus jatuh ketangan kaum Anshar. Dan Kaum Muhajirin dengan nada keras dan berang menolak keinginan kaum Anshar tersebut. Tapi untunglah Abu Bakar de-ngan bijaksana berhasil mendinginkan suasana tersebut dan menjelaskan tentang situasi orang-orang arab saat itu yang hanya mau dipimpin oleh kaum Quraisy, sehingga kekhalifahan seharusnya jatuh kedalam kaum Quraisy. Mendengar penjelasan Abu Bakar itu suasana mereda. Dengan cepat Umar membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah pertama Rasullullah mengingat Beliau adalah seorang dari dua orang yang disebutkan dalam Alquran sewaktu menemani Rasullullah berhijrah. Dan juga selama Rasulllullah sakit, Abu Bakar yang ditunjuk sebagai Imam Sholat. Pembaiatan ini disetujui oleh Kaum Anshar. Mereka pun berbon-dong-bondong membaiat Abu Bakar Sebagai Khalifah.
Esok Harinya, tanggal 09 Juni 632, pembaiatan Abu Bakar dilakukan secara umum di Mesjid. Para Sahabat menyatakan baiat secara umum setelah baiat di Saqifah. Kemudian Abu Bakar berdiri dan memuji Allah dan menya-takan syukumya. Kemudian dia berkata, "Amma Ba'du. Wahai manusia! Sesungguhnya saya telah dipilih untuk memimpin kalian dan bukanlah saya orang ter­baik di antara kalian. Maka, jika saya melakukan hal yang baik, ban-tulah saya. Dan jika saya melakukan tindakan yang menyeleweng luruskanlah saya. Sebab kebenaran itu adalah amanah. Sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian adalah kuat dalam pandangan saya hingga saya ambilkan hak-­haknya untuknya. Sedangkan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah di hadapanku hingga saya ambil hak orang lain dari-nya, insya Allah. Dan tidak ada satu kaum pun yang meninggalkan jihad dijalan Allah kecuali akan Allah timpakan kepadanya kehinaan. Dan tidak pula menye-bar kemaksiatan kepada satu kaum kecuali akan Allah timpakan kepada mereka petaka. Taatlah kalian kepadaku selama saya taat kepada Allah dan jika saya melakukan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban taat kalian kepadaku. Bangunlah untuk melakukan shalat. rahimakumullah. "
Sedangkan Ali bin Abi Thalib agak terlambat dalam pembaiatan Abu Bakar disebabkan sibuk mengurus jenazah Rasul SAW. Tidak ada keberatan dalam hati Ali untuk membai’at Abu Bakar Ash Shiddiq.
Setelah itu tugas pertama adalah menguburkan jenazah Rasullullah. Mula-mula sahabat bingung Rasullullah mau dimakamkan dimana. Ada yang berpen-dapat di Mekah, di kota tempat dia dilahir­kan. Sedangkan yang lain berkata: Hendaknya dia disemayamkan di masjidnya; Yang lain berkata, Dia hendaknya disemayamkan di Baqi'; yang lain berpendapat disemayamkan di Baitul Maqdis. Tapi untunglah Abu Bakar membacakan hadist Nabi, "Saya mendengar Rasulullah bersabda, Tidak ada seorang nabi pun yang meninggal kecuali dia harus disemayam­kan di tempat pembari-ngan di mana dia meninggal.". Oleh karena itu Rasulllullah dimakamkan ditempat tidurnya.
Abu Bakar kemudian memerintahkan untuk meneruskan pengiriman pasu-kan Usamah, meskipun para sahabat yang dipimpin oleh Umar bin Khatab berpendapat bahwa pengiriman pasukan Usamah ke Syria pada saat itu merupa-kan petualangan yang berbahaya mengingat kota Madinah sedang terancam oleh serangan orang-orang yang murtad begitu mendengar wafatnya Rasullullah. Menurut mereka, pasukan itu harus kembali ke Madinah untuk menghadapi serbuan yang tidak disangjka-sangka dari kaum murtad.
Akan tetapi Abu Bakar dengan keimanannya yang teguh tetap meme-rintahkan pengiriman pasukan Usamah sesuai perintah Rasulullah menjelang wafatnya. Bagi Abu Bakar, segala perintah Rasulllullah harus dilaksanakan, tak peduli bagaimanapun situasinya. Dihadapan kaum Anshar dan Muhajirin, Beliau berpidato, "Demi Allah, dimakan burung ganas lebih baik bagi saya daripada saya harus memulai sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah.'
Ternyata keputusan Abu Bakar ini tepat. Begitu kabilah-kabilah diutara melihat betapa besarnya pasuksan yang dipimpin Usamah, maka mereka pun mengurungkan niatnya untuk menyerang kota Madinah. Mereka berpikir, bila kota Madinah sedang kacau dan lemah tentu tidak mungkin mampu mengirim pasukan untuk memerangi Bizantium.
Itulah karakter Abu bakar yang teguh memegang Syariat Allah dan Sunnah Rasulnya. Keteguhannya ini diuji lagi ketika putri Rasullullah, Fathi-mah, bersama Abbas, paman Rasullullah, menuntut hak terhadap sebidang tanah di Fadak yang sebelumnya merupakan milik Rasullullah yang diperoleh dari Ghanimah, yang selama ini Rasullullah memberikan sebahagian hasilnya kepada Fathimah dan beberapa orang keluarganya, dan sisanya dibagi-bagikan kepada para sahabatnya yang miskin. Abu Bakar menolak memberikannya karena Ra-sullullah pernah bersabda : "Sesungguhnya kami para nabi tidak mewariskan (harta), dan apa yang kami tinggalkan adalah sedekah.” Dalam hal ini Abu Ba-kar menghadapi dilema yaitu : Kesetiaannya pada Rasullullah mengenai putrinya dan kepada Syariat yang dibawa oleh Rasulllullah.
Sementara itu didaerah-daerah sekitar Madinah, muncul kaum pembang-kang yang menolak membayar zakat. Abu Bakar menilai penolakan itu sebagai pembrontakan dan hendak menguji ketahanan islam pasca wafatnya Rasullullah. Oleh karena itu Abu Bakar segera memerangi mereka meskipun Umar bin Kha-tab berpendapat agar tidak memerangi mereka karena statusnya masih Islam karena masih menyatakan Syahadat, dan juga jumlah pasukan di Madinah tidak memadai mengingat sebagian besar diberangkatkan bersama Usamah ke perba-tasan Syria. Tapi dengan keimanan yang teguh Abu Bakar tidak membiarkan perubahan/pelanggaran atas syariat Allah dan Sunnah Rasulnya. Maka Abu Ba-kar dengan tegas menindak para pembangkang zakat itu, karena bila hal ini dibiarkan tentu pembangkangan ini akan meningkat menjadi pendurhakaan bersenjata yang akan menyerbu Madinah.
Sedangkan dikota-kota yang jauh dari Madinah dimana sebagian besar penduduknya baru masuk islam, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Rasul-lullah akan mengalami kematian seperti manusia biasa. Maka mereka menjadi mangsa empuk nabi-nabi palsu yang bermunculan serperti Tulaihah, Musai-lamah, Sajjah dan lain sebagainya. Terhadap para Nabi Palsu ini, Abu bakar mengirim 11 brigade pasukan untuk menumpas kaum murtad tersebut. Pepe-rangan melawan kaum murtad itu dikenal dengan Perang Riddah. Kesebelas Brigade tersebut adalah sebagai berikut :
· Khalid bin Walid : Mula-mula menghadapi Tulaiha di Buzakha, kemu-dian menghadapi Malik bin Nuwaira, di Butah.
· Ikrimah bin Abi-Jahl : Menghadapi Musailima di Yamamah.
· Amr bin al-As: Menghadapi kaum murtad dari suku Quza'a dan Wadi'a di area Tabuk dan Daumat-ul-Jandal.
· Shurahbil bin Hasanah: Bergabung dengan Ikrimah dan menunggu instruksi Khalifah.
· Khalid bin Said: Menghadapi kaum murtad di diperbatasan Syria.
· Turaifa bin Hajiz: Menghadapi kaum murtad dari suku Hawazin dan Bani Sulaim di area timur Madinah dan Makkah.
· Ala bin Al Hadhrami: Menghadapi kaum murtad di Bahrain.
· Hudhaifa bin Mihsan: Menghadapi kaum murtad di Oman.
· Arfaja bin Harsama: Menghadapi kaum murtad di Mahra.
· Muhajir bin Abi Umayyah: Menghadapi kaum murtad di Yaman kemu-dian kaum Kinda di Hadhramaut.
· Suwaid bin Muqaran: Menghadapi kaum murtad di pesisir utara Yaman.

Setelah Perang Riddah selesai, Abu Bakar melakukan pembebasan terhadap Irak yang dikuasai Dinasti Sasaniyah dari Persia dan Syam yang dikuasai Bizantium. Irak Selatan berhasil dikuasai. Ketika pasukannya sedang berperang melawan pasukan Bizantium di Damaskus, Abu Bakar wafat. Sebelum wafatnya, setelah berkonsultasi dengan para sahabat, Abu Bakar mewasiatkan Kekhalifahan kepada Umar bin Khatab.

Peristiwa yang Terjadi di Masa Kekhalifahannya9 Juni 632[1]/13 Rabiul Awal 11 H : Abu Bakar menjadi Khalifah
26 Juni 632/2 Rabiul Akhir 11 H, Pasukan Usammah mulai bergerak keluar Madinah melanjutkan ekspedisi keperbatasan Bizantium.
10 Juli 632/16 Rabiul Akhir 11 H, Pada saat pasukan utama yang dipimpin Usammah tidak berada di Madinah, Para pembangkang zakat mengepung kota Madinah. Khalifah Abu Bakar berhasil mengusir para penyerbu, meskipun jumlah pasukannya sedikit dibandingkan kauym penyerbu.
21 Juli 632, Tulaihah, yang memproklamirkan dirinya sebagai nabi di Zhu Qissa, memindahkan pasukannya ke Zhu Hussa, dan dari sinilah mereka menyerang Madinah. Tapi sebelum mereka berbuat sesuatu, dengan sigapnya, Abu Bakar dengan sisa pasukan yang ada dimadinah, terutama berasal dari Bani Hasyim, yang didalamnya terdapat Ali bin Abi Thalib, Talhah bin Ubaidullah dan Zubair bin Awwam, berhasil mengalahkan mereka, sehingga mereka melari-kan diri ke Zhu Hussa. Saat itu jumlah pasukan Abu Bakar sangat kecil bila dibandingkan kaum penyerbu.
01 Agustus 632, Abu Bakar memimpin pasukan ke Zhu qissa dan mengalahkan kaum pemberontak dan menaklukan Zhu Qissa. Pasukan pem-bangkang yang kalah melarikan diri ke Abraq. Abu Bakr menempatkan detase-men pasukan dibawah pimpinan An-Numan ibn Muqarrin di Zhu Qissa dan beliau kembali ke Madinah dengan pasukan utamanya.
4 Agustus 632, Pasukan Usammah kembali ke Madinah dengan membawa banyak rampasan perang. Abu bakar memerintahkannya untuk tetap di Madinah.
14 Agustus 632, Abu Bakar kembali ke Zhu qissa, mengambil alih deta-semen ynag dipimpin Numan bin Muqqarrin, dan kemudian bergerak ke Abraq. Disini ia mengalahkan pasukan pemberontak. Sisa pasukan pemberontak mun-dur ke Buzakha.
28 Agustus 632, Abu Bakar bergerak ke Zhu Qissa lagi dengan seluruh pasukannya. Ketika Abu Bakar telah siap berangkat, Ali bin Abi Thalib berkata kepada Abu Bakar, “Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW pada perang Uhud: ‘Sarungkan pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu. Demi Allah, jika kaum Musli-min mengalami musibah karena kematianmu niscaya mereka tidak akan memi-liki eksistensi sepeninggalmu.” Kemudian Abu Bakar kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Oleh karena itu ia membentuk 11 brigade yang disebar ke seluruh semenanjung arab guna menumpas kaum murtad yang tersebar.
15 September 632, Pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid berhasil mengalahkan Nabi Palsu Tulaiha di Buzakha. Sisa pasukan kaum murtad melari-kan diri ke Ghamra, berjarak 20 mil dari Buzakha. Tulaihah sendiri pergi ke Syria. Kelak ketika syria ditaklukan oleh umat islam, Tulaihah kembali kepang-kuan islam dan ikut serta dalam perang Qadisiyah dan Nihawand pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab. Ditanggal yang sama, Abu Bakr mengirim Brigade Huzaifah bin Mihsan ke Oman untuk mengatasi kaum murtad di Oman, dimana suku Azd, yang mendominasi wilayah tersebut memberontak dibawah pimpinan Laqit bin Malik, yang lebih dikenal sebagai Zul Taj.
21 September 632, Pasukan Khalid bin Walid mengalahkan kaum murtad di Ghamra, berjarak 20 mil dari Buzakha. Hal ini menyebabkan beberapa suku menyatakan tunduk kepada kekuasaan Khalifah di Madinah.
Oktober 632, Dengan kekuatan 6000 orang, Khalid bin Walid mengalah-kan kaum pemberontak dari Bani Salim di Naqra
Oktober 632, Brigade Amr bin Ash dikirim ke perbatasan Syria untuk mengatasi kaum murtad disana, dimana suku yang berpengaruh adalah suku Quza'a dan Wadi'a (bagian dari Bani Kalb), disekitar Tabuk dan Daumat-ul-Jan-dal. Tetapi Amr tidak dapat menundukan kaum tersebut sampai kelak Shurabil bergabung dengannya pada bulan Januari 633 setelah Perang Yamamah.
21 Oktober 632, Pasukan Khalid bin Walid mengalahkan kepala suku wanita, Salma (Umm Zummal) di Zafar. Umm Zummal sendiri terbunuh dalam medan pertempuran. Setelah itu pasukan Khalid bergerak ke Bataha (Markars besar bani Tamim) di Nejed untuk memerangi kaum Murtad dari Bani Tamim yang dipimpin Malik bin Nuwairah. Sesampainya di Butaha, Khalid tidak mene-mui perlawanan. Oleh karena itu ia memerintahkan pasukan kavalerinya untuk menyuarakan azan, Zirrar bin Azwar, pemimpin pasukan yang menginspeksi kelu-arga Malik melaporkan bahwa mereka tidak menjawab panggilan azan. Oleh karena itu Khalid menyatakan Malik masih murtad dan memerintahkan un-tuk mengeksekusinya. Terlebih lagi Malik telah mengkhinati negara Madinah. Dihari yang sama Khalid menikahi janda Malik, Layla binti Al Minhal yang disebut-sebut sebagai wanita tercantik di Arab saat itu. Pernikahan ini menim-bulkan kontorversi, dan timbul isu bahwa Khalid membunuh Malik untuk meni-kahi Layla. Oleh karena itu, Khalid dipanggil oleh Khalifah ke Madinah untuk menjelaskan hal itu.
30 Oktober 632, Mendengar kemenangan gemilang Khalid bin Walid, Ikrimah bin Abu Jahal menjadi tidak sabar dan menyerang pasukan Musailamah. Padahal beberapa hari lagi pasukan bantuan dari Shurabil akan tiba. Malangnya, pasukannya dikalahkan oleh pasukan Musailamah Al Kadzab. Ikrimah mela-porkan kejadian ini kepada Abu Bakar. Abu Bakar sedih dan marah atas ketidak-patuhan Ikrimah. Oleh karena itu Ikrimah ditugaskan ke Oman untuk membantu Huzaifah. Setelah itu ke Mahra untuk membantu Arfaja dan setelah itu ke Yaman untuk membantu Muhajir.
November 632, Abu Bakar mengirim perintah kepada Khalid bin Walid agar bergerak melawan Musailamah. Brigade Surahbil yang masih disana diper-bantukan kepada Khalid. Pasukan Khalid juga ditambah lagi oleh Khalifah Abu bakar dengan kaum Anshar dan Muhajirin dari Madinah yang kemudian berga-bung dengan Khalid di Butah. Dari Butah Khalid bergerak ke Yamamah untuk bergabung dengan pasukan Surahbil. Sebelumnya Abu Bakar memerintahkan kepada Surahbil agar menghindari kontak dengan pasukan Musailamah. Namun menjelang kedatangan pasukan Khalid, Surahbil malah menyerang pasukan Musailamah, dan ternyata dikalahkan juga.
30 November 632, Ikrimah tiba di Oman setelah bergerak dari Yamamah dan bergabung dengan Huzhaifah. Pasukan gabungan tersebut mengalahkan Dhul Taj dalam perang Daba. Dhul Taj terbunuh dalam pertempuran ini.
Desember 632 / Ramadhan 11 H, Putri Rasulullah, Fathimah, wafat.
1 Desember 632, Pasukan Khalid bergabung dengan pasukan Surahbil di Yamamah.
21 Desember 632, Terjadi Pertempuran Yamamah di dataran Aqraba, daerah Yamama antara pasukan Khalid bin Walid dan Pasukan Musailamah Al Kadzab, sang nabi palsu. Pasukan Khalid bin Walid berhasil memenangkan peperangan. Dalam peperangan ini sebanyak 70 penghapal qur’an telah gugur syahid. Oleh karena itu, di Madinah, Umar bin Khattab ra merasa khawatir jika para shahabat penghafal Al-Quran yang masih hidup itu syahid dalam peperangan-peperangan yang selanjutnya, yang dapat membawa dampak buruk terhadap penjagaan Al-Quran. Beliau mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan shuhuf-shuhuf yang berisikan ayat-ayat Alqur’an. Mulanya sang Khalifah berkeberatan karena perbuatan seperti itu belum pernah dilakukan oleh Rasulullah, namun Umar bin Khatab berhasil meyakinkannya, sehingga beliaupun menyetujuinya. Khalifah Abu bakar kemudian menugaskan Zaid bin Tsabit untuk melaksanakan pengumpulan Shuhuf-shuhuf Alquran. Ke-mudian, Zaid mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran itu dari daun, pelepah kurma, batu tanah keras, tulang dan kulit unta atau kambing dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Quran. Dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat Al Quran itu, Zaid bin Tsabit bekerja amat teliti. Sekalipun beliau adalah hafal Al-Quran seluruh-nya langsung dari Rasulullah SAW, tetapi untuk kepentingan pengumpulan Al-Quran yang sangat penting bagi umat Islam itu, beliau masih memandang perlunya mengcrosscek dengan hafalan atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan disaksikan oleh dua orang saksi. Akhirnya, ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan itu seluruhnya ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran, dan diikatkannya dengan baik dan benar, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Kemudian Al-Quran tersebut diserahkan kepada Abu Bakar ra. Mushaf ini tetap berada di tangan Abu Bakar ra sampai beliau meninggal dunia. Kelak mushaf ini disimpan oleh Umar Al-Khattab selama masa kekhalifahannya. Sesudah Umar binl Khattab ra wafat, mushaf tersebut disimpan oleh Hafsah, anak perempuan Umar dan isteri Rasulullah sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al-Quran di masa Khalifah Usman bin Affan r.a.
Januari 633, Abu Bakar mengirim brigade Ula bin Al Hadhrami menumpas pemberontak di Bahrain. Ula tiba di Bahrain dan menjumpai kaum murtad bertahan di benteng Hajr. Ula melakukan serangan mendadak pada malam hari dan menguasai kota. Kaum pemberontak melarikan diri ke daerah pesisir dimana mereka membuat pertahanan kuat, tetapi sekali lagi dikalahkan. Sebagian besar menyerah dan masuk islam kembali. Operasi ini diselesaikan di akhir Januari 633.
Januari 633, Ziyad bin Lubaid, gubernur Muslim di Hadramaut melancarkan operasi penumpasan dan menyerang Riyaz setelah seluruh suku Kinda memberontak dibawah pimpinan Ash'as bin Qais dan bersiap untuk berperang. Akan tetapi kekuatan pasukan Muslim dan kaum murtad seimbang, sehingga Ziyad menunggu bala bantuan sebelum menyerang pemberontak. Bala bantuan sedang dalam perjalanan yang dipimpin oleh Muhajir bin Abi Umayyah yang merupakan brigade terakhir yang dikirim Khalifah Abu Bakar yang sebelumnya telah menumpas beberapa kaum pemberontak di Najran. Selain balabantuan dari Muhajir, Khalifah Abu Bakar juga mengirimkan Ikramah yang saat itu berada di Abyan untuk bergabung dengan pasukan Ziyad dan Muhajir
30 Januari 633, Pasukan gabungan Muhajir dan Ziyad berhasil menak-lukan Zafar, ibukota Hadhramaut, dan mengalahkan Ash'as, yang kemudian melarikan diri ke kota Nujair. Beberapa saat setelah perang mereda, Brigade Ikrimah tiba di Hadramaut dan langsung bergabung dengan brigade Muhajir dan Ziyad. Mereka kemudian bergerak menuju kota Nujair.
Awal Februari 633, Mutsana bin Haritsah mengunjungi Khalifah Abu Bakar di Madinah. Ia melaporkan kepada Khalifah bahwa penduduk didaerah perbatasan di Iraq adalah bangsa Arab yang secara legitimasi masuk kedalam Jazirah Arabia, dan oleh karena itu kaum Muslim harus membebaskan daerah itu dari jajahan bangsa Persia.
14 Februari 633, Kota Nujair berhasil ditaklukan oleh pasukan gabungan Muhajir, Ziyad dan Ikrimah yang berada dibawah komando Muhajir.
18 Maret 633, Dengan kalahnya suku Kinda di Nujair, maka pembero-ntakan kaum murtadpun berakhir. Semenanjung Arabia menjadi stabil dan berada dalam wilayah kesatuan Kedaulatan Islam yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar yang berpusat di Madinah. Setelah perang Ridda selesai, Mutsana bin Haritsah menyerang kota-kota Persia di Irak. Ekspedisi ini berhasil dengan sejumlah rampasan perang yang dibawa. Mutsana bin Haritsah kemudian mengunjungi Madinah dan melaporkan kepada Khalifah tentang keberhasi-lannya ini dan Abu Bakar mengangkatnya sebagai pemimpin rakyatnya setelah ia berpetualang begitu ke pedalaman Irak. Dengan keunggulan kecepatan pasu-kan kavalerinya, ia dapat dengan mudah menyerang kota-kota didekat gurun untuk kemudian menghilang ke gurun yang membuat pasukan Sasaniyah tidak dapat mengejarnya. Aksi Mutsanah bin Haritsah ini membuat Abu bakar memu-tuskan untuk menginvasi Iraq.
21 Maret 633, Khalifah Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid ke Irak, menyerang Sasaniyah. Saat itu Khalid berada di Yamamah
April 633, Khalid bin walid mengalahkan Hormuz dalam duel satu lawan satu di Kazima. Setelah Hormuz terbunuh, Khalid memerintahkan pasukannya menyerang pasukan persia. Karena pangglimanya telah tewas, maka pasukan persia mengalami demoralisasi sehingga mudah dikalahkan. Perang ini disebut juga perang Berantai atau Salasil (pasukan persia dihubungkan dengan rantai).
21 April 633, Dalam Perang Sungai, Pasukan Khalid mengalahkan pasukan Persia yang dipimpin Karinz ibn Karianz, Qubaz, Anushjan di Mazar.
Mei 633, Terjadi Pertempuran Walaja, antara pasukan Khalid bin Walid dan pasukan persia yang dipimpin Andarzaghar di irak dengan kemenangan pasukan Khalid padahal pasukan khalid 15000 orang sementara pasukan persia 25000-30000 orang.
Mei 633, Terjadi Pertempuran Ulais, antara pasukan Khalid bin Walid dan pasukan persia yang dipimpin Jaban, Abdul-Aswad, Abjar di irak dengan keme-nangan pasukan Khalid padahal pasukan khalid 15000 orang sementara pasukan persia 70000 orang.
28 Mei 633, Terjadi Pertempuran Hira, antara pasukan Khalid bin Walid dan pasukan Persia dan Lakhsmid yang dipimpin Iyas dan Abd al-Masih di kota Hirah, Irak dengan kemenangan pasukan Khalid.
Juni 633, Terjadi Pertempuran Al Anbar, antara pasukan Khalid bin Walid dan pasukan persia yang dipimpin Shirazad di kota Anbar, 80 km dari kota kuno Babylonia dengan kemenangan pasukan Khalid.
Minggu keempat bulan Juli 633, Terjadi Pertempuran ein-ul-tamr, antara pasukan Khalid bin Walid dan pasukan persia yang bergabung dengan pasukan arab kristen dipimpin Aqqa ibn Qays ibn Bashir di kota ein-ul-tamr, sebelah ba-rat kota Anbar dengan kemenangan pasukan Khalid. Kota tersebut ditaklukan oleh Khalid bin Walid
Minggu keempat bulan Agustus 633, Terjadi Pertempuran Daumat-ul-jandal antara pasukan Khalid bin Walid dan pasukan pemberontak arab yang dipimpin Judi ibn Rabi'a,Ukaidar ibn Abdulmalik al-Kindi di kota Daumat-ul-jandal, Arab, dengan kemenangan pasukan Khalid. Kekuatan Khalid 10000 orang, sementara musuhnya 12000-15000 orang
28 September 633, Khalid kembali ke Hira dari Daumat ul Jandal. Ia mempersiapkan penyerangan ke Muzayah.
November 633, Khalid bin walid mengalahkan pasukan gabungan persia dan Arab kristen yang dipimpin Bahman, Mahbuzan, dan Huzail ibn Imran di Muzayah.
14 November 633, Khalid bin Walid mengalahkan pasukan Arab kristen yang dipimpin Rabi'a bin Bujair di Sanniy
15 November 633, Khalid bin walid mengalahkan pasukan Arab kristen yang dipimpin Rabi'a bin Bujair di zumail. Dari Zumeil, pasukan Khalid berge-rak ke Ruzeb. Ruzeb diduduki tanpa perlawanan, Karena Hilal dan pasukannya telah melarikan diri sebelum pasukan muslim tiba. Kemenangna Khalid ini mengakhiri pengaruh Persia di Irak, yang kemudian jatuh kedalam wilayah kedaulatan islam
7 Desember 633, Khalid bergerak ke Firaz yang terletak diantara wilayah Bizantium dan Persia. Oleh karena itu Pasukan Bizantium memutuskan membantu Persia
Januari 634, Terjadi Pertempuran Firaz. antara pasukan Khalid bin Walid dan pasukan Persia, Byzantium dan arab kristen yang dipimpin Heraclius, dan Yazdgerd III di kota Firaz, Mesopotamia dengan kemenangan pasukan Khalid. Kekuatan Khalid 15000 orang, sementara musuhnya tidak diketahui, tapi sangat besar. Kemenangan ini mengakhiri petualangan Khalid di Mesopotamia. Setelah kemenganan ini, secara diam-diam, Khalid menunaikan ibadah Haji ke Mekah. Sekembalinya dari ibadah Haji, ia mendapat surat dari Abui Bakar agar tidak bertualang lagi ke Mesopotamia.
Januari 634, Khalid bin Said meminta ijin kepada Khalifah Abu Bakar untuk memberangkatkan pasukannya ke Syam. Sang Khalifah mengijinkannya, tetapi hanya sebatas untuk operasi pengintaian dan menghindari pertempuran dengan Byzantium.
23 Februari 634, Sekembalinya dari ibadah Haji, Abu Bakar memobilisasi pasukannya untuk berjihad ke Syam. Banyak kaum muslimin dari jazirah Arabia datang ke Madinah untuk bergabung dalam kontingen jihad ke Syam (Syria).
Maret 634, Sejumlah besar pasukan sudah berkumpul di Madinah, bersiap-siap bergerak ke Syria. Abu Bakr mengorganisasikan pasukan tersebut dalam 4 Brigade yang masing-masing terdiri 7000 jiwa. Brigade pertama diba-wah komando Amr bin Ash, bertugas bergerak ke Palestina melalui Eila dan lembah Araba. Brigade kedua dibawah komando Yazid bin Abu Sofyan, bertu-gas langsung bergerak ke Damaskus melalui Tabuk. Brigade ketiga dibawah Shurahbil bin Hasana bertugas bergerak ke Jordan. Brigade ke empat dibawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah diminta bergerak ke Emessa. Semua brigade bertindak independen, dan jika pasukan bergabung, Abu Ubaidah bertindak sebagai Pangglima Komando tertinggi.
7 April 634, Pasukan Muslim bergerak dari Madinah. Mula-mula Brigade Yazid bin Abu Sofyan, kemudian diikuti brigade lainnya. Pasukan Yazid berge-rak sesuai target, menyebrangi Tabuk, dan terjadi kontak senjata dengan pasukan Kristen arab yang kemudian mundur sehingga Yazid berhasil menguasai lembah Araba yang dibatasi dengan Laut Mati bagian selatan. Disaat yang sama brigade Amr bin Ass mencapai Elat dan berhadapan dengan dua detasemen pasukan Bizantium dan berhasil dikalahkan.
Awal Mei 634, Brigade Abu Ubaidah dan Surabil mencapai daerah antara Busra dan Jabiya. Kaisar Heraklius yang menerima laporan intelijen tentang pergerakan pasukan muslim dari sekutu arabnya merencanakan tindakan bala-san. Atas pernitah Heraklius, pasukan Bizantium dari beberapa garnisun diutara mulai bergerak unutk berkumpul di Ajnadain dimana mereka dapat menyerang brigade Amr bin ass dan mendesak serta mengepung bagian belakang sisa pasu-kan muslim yang berada di Jordan dan Syria selatan. Kekuatan pasukan bizan-tium mencapai 100 ribu orang, Abu Ubaidah menginformasikan kepada khalifah Abu bakar atas perkembangan (persiapan pasukan bizanitum) ini pada minggu ketiga bulan mei dan karena minimnya pengalaman Abu Ubaidah dalam militer maka Abu Bakar memutuskan mengirim Khalid bin Walid.
Mei 634, Di Hirah, Khalid bin Walid menerimah surat perintah dari Khalifah agar segera bergerak ke Syria untuk memimpin operasi pembebasan di sana. Oleh Karena itu Komando di Irak diserahkan kepada Mutsana bin Harit-sah. Begitu mendapat perintah ini pasukan di Hirah dibagi menjadi dua, satu ia tinggalkan untuk Mutsanah di Irak dan satunya lagi ikut serta ke Syria.
Awal Juni 634, Khalid bergerak dari hirah dengan 9000 pasukan. Dari Hirah mereka menuju 'Ein at Tamr, Sandauda, Mazayyah dan Qaraqir. Di Qaraqir, pasukan mengisi kantong air minum dan tempat lain dengan air untuk persediaan 5 hari
6 Juni 634, Setelah perjalanan berat selama lima hari, pasukan Khalid mencapai Shuwa, daerah Syria. Disini pasukan musluim menangkap sekumpu-lan Domba dan lembu untuk persiapan perang
6 Juni 634, Pasukan Khalid mencapai Arak yang berbenteng. Penduduk-nya bersedia membayar Jizyah
7 Juni 634, Dari Arak Pasukan Khalid menuju ke Tadmur, dimana pasukan Arab Kristen bersiaga di benteng. Pasukan Muslim mengepung benteng dan akhirnya pasukan Arab Kristen menyerah dan setuju membayar Jizyah.
8 Juni 634, Dari Tadmur, pasukan Khalid bergerak menuju Qaryatein. Garnisun Bizantium yang ada disini memutuskan untuk bertahan. Dalam per-tempuran, garnisun itu dihancurkan, dan tinggal 1 orang. Penduduk disana me-nyerah dan setuju membayar Jizyah. Setelah itu paukan muslim bergerak ke Huwareen berjaraj 10 mil dari Qaryatein. Disini pasukan Muslim berhadapan dengan penduduk lokal yang dibantu oleh pasukan dari Bani Ghassan. Pasukan Bizantium dan Bani Ghasan terpecah belah, sehingga perjanjian perdamaian di tandatangani dan penduduk lokal bersedia membayar Jizyah. Dari sini mereka menuju Damaskus.
11 Juni 634, Pasukan Khalid berhenti di suatu tempat 20 mil dari Damaskus. Mereka berada di Terusan Jabal-us-Sharq,
12 Juni 634, Dari terusan Jabal us Sharq pasukan Khalid maju ke Marj Rahit. Tentara yang berada di sini segera disergap. Akhirnya tentara tersebut menyerah dan padukan muslim mendapat ghanimah. Dari sini pasukan Muslim dibawah pimpinan Khalid bergerak ke Busra, begitu mendapat kabar tentang pertempuran Busra antara Pasukan Muslkim dan Bizantium.
13 Juni 634, Melalui Damaskus Khalid bergerak ke Busra, Beliau mengi-rim surat kepada Abu Ubaidah, bahwa ia akan menemuinya di Busra.
14 Juni 634, Pasukan Khalid sampai di Busra. Ternyata di Busra, pasukan Muslim kalah dalam jumlah dibandingkan dengan pasukan Bizantium. Mengam-bil keuntungan dari besarnya jumlah pasukan, Pihak bizantium meluncurkan serangan besar-besaran sehingga pasukan Muslim mulai terdesak. Posisi pasu-kan muslim menjadi kritis dan Shurabil berdoa kepada Allah untuk minta perto-longan. Secara menakjubkan, pasukan Khalid datang, sehingga mengembalikan semangat juang. Begitu melihat pasukan muslim mendapatkan bala bantuan, Pihak Bizantium mundur ke dalam kota dan menyerang dengan panah dari dalam benteng.
14 Juli 634, Terjadi Penaklukan kota Busrah, yang merupakan penaklukan kota penting pertama di Suriah oleh kaum muslimin. Tentara Islam hanya kehi-langan 130 jiwa sedangkan pasukan Romawi harus merelakan beberapa ribu nyawa pasukannya. Khalid mengirim surat kepada Khalifah Abu Bakar tentang keberhasilan merebut kota ini dan juga mengirim seperlima dari rampasan perang. Penaklukan kota Busrah ini membuka jalan kepada pasukan Islam untuk menaklukkan seluruh Suriah.
15 Juli 634 Pasukan Muslim mendapat kabar berkumpulnya Pasukan Romawi di Ajnadain yang mencapai 90 ribu orang.
21 Juli 634, Seluruh Pasukan Muslim bergerak dari Busra menuju Ajnadain, mengikuti saran dari Khalid bin Walid untuk menghadapi pasukan Bizantium
24 Juli 634, Pasukan Khalid bin Walid bergabung dengan seluruh divisi pasukan Muslim di Ajnadain sehingga total pasukan muslim mencapai 32000 orang.
30 Juli 634 Terjadi pertempuran Ajnadain antara pasukan Byzantium dengan pasukan Khalid bin Walid di Suriah, dengan kemenangan pasukan Khalid.
8 Agustus 634, Khalifah Abu bakar jatuh sakit.
15 Agustus 634, Khalid bin Walid bergerak ke Damaskus, dan dalam perjalanannya ia mengalahkan pasukan romawi lainnya dalam pertempuran Yakosa
19 Agustus 634, Tomur, menantu Kaisar Heraclius, mengirim pasukan lainnya untuk menghentikan pergerakan Khalid, tapi dikalahkan juga dalam pertempuran Maraj-al-Safar
21 Agustus 634, Pasukan Khalid bin Walid mencapai Kota Damaskus dan mulai mengepung kota tersebut. Pengepungan ini berlangsung selama 30 hari, setelah mengalahkan bala bantuan pasukan romawi pada pertempuran Sanita-al-Uqab 20 mil dari Damascus
23 Agustus 634, Khalifah Abu Bakar wafat. Sebelum wafatnya beliau mewasiatkan agar kekhalifahan selanjutnya diamanahkan kepada Umar bin Khatab.
[1] Ketika itu, Wilayah Persia dikuasai oleh Dinasti Sasaniyah yang dipimpin oleh Yazdagird III
Bizantium dipimpin oleh Kaisar Heraklius yang wilayah kekuasaannya meliputi Afrika Utara, Anatolia, Eropa Timur
Sedangkan di Cina berkuasa Dinasti Tang (618-907) yang baru berdiri dibawah Kaisar Tang Tai Zong (626-649M)
Di Spanyol dikuasai bangsa Gothic yang dipimpin Ludila (632-633) yang memberontak terhadap Kaisar Sisenand (631636)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar